Catatan Kecil di Umur 28
Bulan Oktober ini saya genap berusia 28 Tahun. Agak malu sih sebenarnya nulis-nulis begini di umur yang sudah segini, tapi suatu hari saya terpikir kalau pikiran dan perasaan kita tuh cuma bisa didokumentasiin melalui tulisan. Supaya tidak lupa. Supaya pernah ingat kalau dulu pernah merasakan situasi ini. Gara-gara itulah saya nulis begini karena enggan melupakan "feel" ketika saya menginjak umur 28.
*tarik nafas*
Sungguh dunia orang dewasa ini begitu kompleks bagi saya yang "lurus-lurus" aja ini. Dulu mungkin yang ada dipikiran saya kelak berumur 28 adalah saya udah nikah dan punya anak, tapi ternayata diumur 28 -kecuali berat badan yang nambah- saya masih gini-gini aja.
Menuju umur 28 kemarin menjadi terasa agak berat karena berhadapan dengan Quarter Life Crisis. Hidup saya penuh dengan kekhawatiran soal ini itu yang kalau dipikirin pasti nggak akan ada habisnya. Kadang masih tersisa idealis yang ingin menjalani hidup sesuai cita-cita masa muda dulu, tapi kadang suka nyadar kalau saya harus berkompromi dengan banyak hal dan menerima realita. Nah, gap antara idealis dan realistis itu tuh yang sering muncul dan akhirnya berujung dengan nggak fokus kerja, mager, nggak bersyukur, mengeluh dan sebagainya dan sebagainya. Tapi ya kadang kalau sedang bergelora semangatnya, ya kita hidup positif-positif aja.
Diumur 28 ini saya mau pelan-pelan memahami, pelan-pelan menanamkan mindset bahwa :
"segala hal nggak seburuk yang dibayangkan"
Karena jujur hidup saya tuh suka penuh khawatir sama yang jelek-jelek. Takut bakal begini, takut bakal begitu, terlebih takut salah dan ngecewain orang yang berujung dengan mengesampingkan perasaan dan pendapat pribadi karena orientasinya selalu bahagianya orang lain.
Kesel tuh kalo udah begitu. Kesel sama diri sendiri maksudnya...
Nah inilah dia yang saya jadikan salah satu tantangan diumur saya yang agak banyakan ini, yaitu memahami kalau kita nggak bisa menyenangkan semua orang setiap saat. Akan ada kecewa-kecewa kecil yang tercipta dari kelakuan atau keputusan yang saya buat.
Sebagai orang Jawa yang hidupnya suka "ga enakan", memahami ini jadi agak sulit lho. Karena kayak bawaan dari lahir kita itu suka nggak enakan kalau ada orang yang kecewa sama kita. Tapi ya itu, balik lagi ke kunci hidup diatas. Kita ga bisa membuat semua orang senang dengan apa yang kita lakukan dan perbuat. Dengan orang terdekat sekalipun. Percikan (((uwew percikan))) kecewa pasti adalah di keseharian tapi yang penting kan tidak berlebihan aja.
Dan sekarang, diumur yang sudah agak tuaan ini saya mau mereview ulang kebiasaan saya seperti yang tersebut diatas. Sesekali egois mungkin perlu. Asal paham porsi dan situasinya plus nggak berlebihan. Setidaknya saya berani bilang "nggak" dan berani mengungkapkan apa yang sebetulnya saya rasakan. Ini kayaknya bakal saya latih nih mulai saat ini.
Penutupnya,
*tarik nafas lagi*
Diumur yang baru dan mulai banyak dipanggil "tante, teta dan onti" ini, udah saatnya bagi saya untuk memantaskan diri jadi lebih dewasa. Seenggaknya bisa memilah mana yang pantas dan nggak pantas dilakukan. Kalau baik dan buruk sih saya udah bisa ngebedainnya. Mulai berani memprioritaskan hal-hal yang perlu diprioritaskan, terutama untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat. Dan semoga diberi panjang umur dan bisa hidup bahagia. Semoga target dan niat baik (you know what i mean hihihihi) tercapai di tahun umur ini.
Amiiiinnn......
Malu sih sudah tuwir tapi shooo happy dapat kuee :')) |
wow terimakasih mantemanqu :* |
Kue kedua dari teman lama yang tak lupa. TER HA RU A KU TU |
Comments
Post a Comment