Assalamualaikum, Sumatera Barat !

Punya darah Sumatera Bara ternyata tidak lantas membuat saya rajin mengunjungi Sumbar. Seumur hidup baru dua kali ke Sumbar. Kali kedua-nya baru aja dilakuin tengah Februari kemarin. Mumpung masing “anget”, jadinya harus segera diceritain.


KONVOI 6 MOBIL
Jadi, main ke Sumbar ini dalam rangka liburan dengan teman-teman kantor sebagai reward karena setahunan kemarin sudah capek-capek kerja (ceileh !).
Rombongan ada sekitar 26 orang dewasa + 2 anak  + 1 baby. Totalnya kami menggunakan 6 mobil pribadi yang disupir dengan para bapak-bapak dan abang-abang yang jago nyetir. Karena nggak main-main kita bakal menempuh kurang lebih 10 jam perjalanan Jambi-Sumbar dan nyetir dimalam hari dengan kondisi cuaca hujan.
Saya semobil berlima dengan Ibu Lina, Pak Erman, Bang Putra dan Kak Ros. Saya selalu memilih duduk dibelakang jika akan melakukan perjalanan jauh karena entah kenapa duduk dibelakang itu lebih nyaman, seperti “punya ruang sendiri” gitu. Maka jadilah Jambi-Sumbar Pulang Pergi saya selalu duduk di jok belakang dengan bahagia walaupun sendirian………… *curhat
Cuma ada satu hal yang membuat saya agak menyesal duduk dibelakang, yaitu tidak bisa mengabadikan betapa indahnya pemandangan selama perjalanan di Sumatera Barat. Mulai dari naik ke dataran tinggi, ngelihat kabut pagi dari ketinggian, ke pusat kota, melihat tebing, jurang, sungai berbatu-batu, pepohonan, sampai perjalanan menuju pantai yang harus naik turun bukit.


Kota Pertama yang kami tuju adalah Payakumbuh. Kebetulan Ibu Lina, ibu bendahara bidang punya keluarga disitu jadi kami serombongan bisa istirahat dan melepas lelah setelah perjalanan jauh.
Kami berangkat dari Jambi hari Rabu pukul lima sore, harapannya Kamis subuh sudah sampai di Payakumbuh. Setelah menempuh perjalanan malam hari yang seru (karena pada saling ngebut-ngebutan sampe saya mabok darat -_- dan nembus hujan yang deraaas sekali di malam hari) akhirnya kami sampai di Payakumbuh setengah 8 pagi. Agak meleset memang, tapi tidak apa. Sampai dirumah kerabat Ibu Lina kami langsung disuruh istirahat dan sarapan pagi. Tau sarapan paginya apa ?
Lontong Sayur dan Ketan Duren !
Omaak mantap sekali !

Suasana Sarapan Pagi 

Suasana Sarapan Pagi * yang cewek dan ibuk-ibu lagi pada dikamar*

Yang paling ujung itu ketan dan duren
Menjelang tengah hari kami berpamitan kepada Keluarga Ibu Lina untuk lanjut jalan lagi. Tujuan kami adalah ke Kelok 9 yang hanya berjarak kurang lebih 30 Km dari Payakumbuh dan makan siang di Lembah Harau.
Kelok 9 ini kayak nyempil dibelakang bukit. Jadi awalnya nggak keliatan karena selama perjalanan menuju kesana, di kiri kanan jalan itu tebing dan jurang. Tau-tau dibalik itu semua………..
*drums roll*

….. ada infrastruktur megah karya anak bangsa yang terkenal dengan nama Kelok 9……

Kelok 9
Kelok 9 itu sebenarnya infrastruktur jalan layang yang sengaja dibangun untuk mengurangi waktu tempuh Padang – Riau. Dan setelah saya googling, ternyata track jalannya sudah ada dari Tahun 1910 ! Hanya saja baru diseriusin oleh Pemerintah pada Tahun 2003 dan diresmikan oleh Pak SBY di Tahun 2013.



Kenapa namanya Kelok 9 ? Konon katanya jumlah kelokan / tikungan sepanjang jalan itu adalah 9 kelokan. Entah itu benar atau tidak karena saya nggak sempat ngitung. Saya sibuk kagum dengan kemegahan konstruksi Kelok 9 yang duet dengan keindahan bentang alam disana.
Keindahan yang membuat Kelok 9 terkenal ini sepertinya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari uang seperti membuka warung makanan, menjual jasa foto sampai jadi tukang parkir. Nggak terlalu menganggu sih hanya satu yang disayangkan yaitu vandalism yang cukup marak disitu. Beton-beton pembatas jalan banyak yang dicoret-coret, jadi membuat kurang bersih kan ya. 

Foto Rombongan Versi Komplit

Rombongan Satu Mobil
Lembah Harau
Setelah dari Kelok 9, kami turun kembali menuju Lembah Harau yang tidak jauh dari Kelok 9.
Lagi-lagi alam Sumatera Barat ini menghipnotis mata. Tebing-tebing tingginya Masya Allah bikin terkagum-kagum.



Jadi, Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota sama seperti Kelok 9 tadi. Lembah Harau ini adalah lembah yang dikelilingi tebing-tebing yang tinggi banget gitu. Ibarat mangkok, nah dia itu dibagian bawahnya. Bagus sekali !
Dan disana ada tempat piknik yang akhirnya jadi tempat kita untuk makan siang lesehan sambil ngebentang tikar. Lucunya, ketika perjalanan dari Kelok 9 ke Lembah Harau, hujan turun deras, tapi kami tetap nekat jalan. Suprisingly, ketika tak jauh dari Lembah Harau cuaca malah terang benderang :) 
Bukittinggi
Ini kali kedua saya ke Bukittinggi ke Jam Gadang, icon-nya Bukittinggi. Tapi kali ini Cuma sebentar. Entah kenapa kami serombongan bisa sampai kesini dan berujung foto-foto di Jam Gadang dan berakhir dengan memburu mukena untuk oleh-oleh. Lucu juga ngikutin para bapak-bapak yang dititipin mukena dan jilbab sama istri dan anak dirumah :)))) 
Jam Gadang LEGEND

Ketemu cemilan ini di dekat Jam Gadang. Ya Allah ini enaaak 
Hari pertama ini ditutup dengan sampai di hotel sekitar pukul 22.00 WIB dan setelah kehebohan membagi kamar dan protes dengan pihak hotel karena banyak kurang ini itu fasilitasnya -  kami semua langsung pada tidur. 

Hari kedua ini akan dihabiskan dengan main di pantai dan nyebrang ke pulau-pulau hits di Sumatera Barat. Untuk pergi ke pulau, kami menyewa jasa Guide lokal bernama Ryan yang masih mahasiswa. Ryan lah yang menunjukkan jalan menuju dermaga tempat penyebrangan. Lagi-lagi jalan menuju dermaga berkelok-kelok melewati pinggang bukit di sisi kiri dan di sisi kana nada lautan luas yang biru lengkap dengan kapal-kapal yang sedang menepi. Alam Sumatera Barat ini memang jempolan !



Pulau Swarnadwipa
Pulau Swarnadwipa adalah pulau pertama yang kami kunjungi. Untuk ke pulau ini harus menyebrang dengan speedboat sekitar 15 menit. Rombongan kami terbagi menjadi 2 perahu. Allah Maha Baik dengan memberi cuaca cerah pagi itu. Pemandangan air laut dan hijaunya pulau jadi optimal cantiknya.
Pulau Swarnadwipa cantik banget dengan pasir pantai yang putih. Air lautnya biru dan bening. Kami sampai bisa snorkeling disana. Aduh, susah menjelaskan gimana bagusnya pulau ini. Tapi sepertinya Pulau Swarnadwipa ini hanyalah  pulau singgah bukan pulau untuk menetap. Kalau ingin menetap, bisa ke pulau lain, salah satunya adalah Pulau Pasumpahan.

Kapal 1

Pemandangan ketika kami menyeberang

Kapal 2 yang saya naiki



Setelah sekian kali menelan air laut akhirnya bisa foto begini

Pulau Pasumpahan
Pulau Pasumpahan ini tetanggan dengan Pulau Swarnadwipa. Bedanya, di Pasumpahan bisa main Banana Boat. Teman-teman saya ini udah demam pengen main banana boat. Jadi, menyeberanglah kami dari Pulau Swarnadwipa ke Pulau Pasumpahan sekitar 10 menit.

Pulau Pasumpahan ini lebih ramai dan semarak dari Swarnadwipa karena semakin siang semakin banyak kapal yang berlabuh membawa pengunjung. Kata Ryan, di Pasumpahan bisa menginap jadi banyak orang-orang yang datang di siang hari menjelang sore. Sempat kecewa karena Banana Boat-nya terlambat datang, tapi akhirnya terbayarkan. Teman-teman sayang senengnya bukan main. Saya nggak ikutan karena udah terlanjur ganti baju.




Kalau ditanya suka yang mana antara Pasumpahan dan Swarnadwipa, saya pribadi sih lebih suka Swarnadwipa karena lebih cozy dan tenang. 

Pantai Air Manis
Pantai dengan legenda Malin Kundang ini ibarat Pantai Parangtritis di Yogyakarta dengan Legenda Nyi Roro Kidul-nya. Selain itu persamaan lainnya adalah suasana pantai dengan pasir hitam yang rame banget ya Allah. Nggak bisa nyaman santai duduk disana karena segala Motor ATV lewat dan parkir mobil yang terserah dimana aja asal sudah bayar parkir. Ditambah lagi kondisi pantai yang kurang bersih karena sampah dimana-mana. Sayang sekali memang.


Kami nggak lama disitu karena nggak bisa ngapa-ngapain selain duduk liatin sunset dan nyewa ATV yang per jam-nya 100ribu rupiah. Kebayang nggak sih berapa untung abang-abang yang nyewain ATV per-harinya.
Hanya keindahan sunset yang membuat kita lupa dengan sampah di pantai ini. Sayangnya saya nggak sempat motret karena kamera dibawa teman, jadi saya hanya bisa duduk di parkiran mobil sambil nemenin Pak Ahmad yang lagi masuk angin.
Alhamdulillah sampai di hotel tidak terlalu malam. masih sempat mandi dan cekikikan liat foto-foto di pantai. Para Bapak-Bapak dan Abang-Abang malah sempat pergi keluar lagi untuk cari minuman Teh Talua.


Sebelum pulang kita mampir ke 3 tempat, yaitu Lembah Anai, Istana Pagaruyung di Batu Sangkar dan Danau Singkarak.

Lembah Anai
Ini lucu sih. Air Terjun Lembah Anai ini terletak persis di pinggir jalan. Air terjun ini jatuh dari tebing tinggi di sisi jalan. Dan disini kita Cuma foto-foto sebentar sambil lewat gitu setelah itu langsung cuss ke Istana Pagaruyung di Batu Sangkar. Sebelum kesana kita niat makan sate di tempat sate legend yaitu Sate Mak Sukur, tapi ternyata tutup. Yaah…..




Istana Pagaruyung di Batu Sangkar
Dengan bermodalkan Google Maps, kami beranjak dari Lembah Anai ke Batu Sangkar. Cukup jauh sih sekitar 2 jam kami melewati jalur yang tidak familiar karena sepi dan pemandangan yang berganti mulai dari bukit, lembah, sawah. Tapi ujung-ujungnya tetap sampai di Istana Pagaruyung tanpa kesasar.
Konon katanya istana ini pernah terbakar dan yang sekarang adalah hasil renovasinya. Karena mengejar pulang, kita sebentar banget disini. Nggak sampai 1 jam. Tapi senang sih bisa ngeliat Rumah Gadang secara langsung dan jelas. Karena dari sekian banyak rumah adat di Indonesia, Rumah Gadang ini adalah favorit saya. Megah dan unik gitu kesannya. 



Destinasi terakhir di Sumbar adalah Danau Singkarak yang sejalur dengan jalur kami pulang. Sayangnya ketika selesai dari Istana Pagaruyung hujan turun deraaaas sekali. Kami tetap sampai di Danau Singkarak, tapi tidak bisa menikmati hanya numpang sholat dzuhur karena cuaca hujan dan sepanjang mata memandang danau hanya terlihat air danau dan kabut seperti nggak ada ujungnya. 

Yang Susah Lupa :
1.     Karena telat membooking hotel, akhirnya kami menginap di sebuah hotel tua murah meriah. Hotel ini memiliki fasilitas yang teramat sangat sederhana. Hotel ini dibangun pada tahun 80-an. Nggak heran kalau yang menyambut dan melayani kami bukanlah roomboy atau mbak-mbak  resepsionis, tapi malah nenek dan kakek.
Tapi setelah dijalani, nggak seburuk yang yang dibayangkan sebelumnya kok. Awalnya memang terasa kecewa tapi di hari berikutnya kami tidak ambil pusing dan sudah terbiasa karena hotel bagi kami saat itu hanyalah tempat untuk istirahat tidur saat malam.
2.    Jalan Sumatera Barat yang kebanyakan berkelok-kelok dan naik turun. Kayaknya kalau mau menjelajah Sumbar harus bawa Pak Sopir yang jago nyetir. Alhamdulillah Bapak dan Abang-abang yang membawa mobil rombongan kami pada jago-jago nyetir semua. Karena kalau nggak jago dan biasa main dalam kota yang jalannya lebar dan datar pasti susah untuk menjelajah Sumbar.
3.     Pemandangannya bagus sekali ! Berkali – kali saya ngebatin kalau alam Sumatera Barat ini bagus banget. Sumbar ini kayak paket komplit. Bukit ada, Pantai ada, Budaya tinggi dan masih lestari. Lengkap pokoknya.
4.       Lagu-lagu Padang yang enak didengar dan mudah diingat
5.     Keseluruhan perjalanan ini menyenangkan sekali ! saya selalu suka trip konvoi rame-rame. Karena keinget jaman kuliah yang kebanyakan survey sampai keluar kota rame-rame.
Liburan dengan tim kantor ternyata tidak perlu jauh-jauh dan bermewah-meah. Kami buktinya. Tetap bahagia meskipun capek menyetir sendiri, menginap di hotel murah dan makan nasi bungkus seadanya. Karena yang penting itu kebersamaan dan kekompakannya. Seru sih petualangan tahun ini. Semoga ada kesempatan jalan rame-rame lagi :)))







Comments

Popular Posts