i'm optimistic
Postingan ini terinspirasi setelah saya membaca buku Nasiona.is.me – nya Pandji. Ditambah lagi momentnya saat ini adalah ulang tahun Indonesia.
Selamat Ulang Tahun Indonesia! Semoga Jaya Selalu!
Entah kenapa saya begitu bangga dengan negara ini. Terlepas dari segala macam permasalahan yang ada di dalamnya. Tapi saya memaklumi itu semua. Negara mana yang tidak punya masalah? Negara mana yang tidak pernah mengalami krisis? Negara mana yang tidak pernah terjadi bentrok?
Saya hanya mencurahkan apa yang saya rasa terhadap Indonesia. Usianya saat ini mencapai 66 tahun. Sudah tua untuk ukuran manusia. Tapi untuk ukuran negara masih belum tua-tua amat. Mungkin istilahnya adalah “dewasa”. Indonesia, yang saya tahu adalah negara berkembang sama seperti Brazil kalau saya tidak salah. Kelebihan dan kekurangan nya membuat saya cinta dengan negara ini. Bahkan saya bercita-cita untuk mengelilingi Indonesia, bukan dunia. Melihat bahwa negara saya ini lebih baik negara manapun. Melihat secara lebih luas dan tidak berpikiran sempit bahwa negara ini dengan sejuta masalah nya yang tidak bisa diselesaikan.
Tulisan saya ini memang tidak ada apa-apanya. Saya bukan politisi, bukan pengamat ekonomi ataupun sosial, bukan pula guru besar. Saya hanya lah mahasiswa dan rakyat biasa.
Jauh sebelum saya membaca Nasional.is.me , saya memang tergolong orang yang optimis dengan Indonesia dan saya benci orang yang pesimis dengan negara ini. dan buku tersebut menambah kadar optimis saya. Senang rasanya menemui orang yang sependapat dengan saya.
Saat ini, begitu banyak saya temukan entah disurat kabar, di televisi atau bahkan mendengar percakapan orang yang dengan seenak jidatnya menjelek-jelekan Presiden sendiri. Ingin rasanya saya berkata “Silahkan coba jadi Presiden dan rasakan penderitaannya”
Saya yakin, Bapak Presiden tidak seburuk yang banyak orang katakan. Saya benar-benar ilfeel dengan beberapa stasiun televisi spesialis berita. Entah ini perasaan saya saja atau memang itulah adanya, bahwa segala macam pemberitaan dan kemasa acara (debat, obrolan, dan semacamnya) cenderung menilai negatif Indonesia. Menilai negatif bangsa ini. Begitu banyak kritikan, sentilan, cemoohan dan tindakan provokasi lainnya yang merendahkan bangsa sendiri.
Cobalah sesekali hitung, dari durasi 60 menit acara berita di televisi tersebut, adakah berita yang memberi nilai positif Indonesia? Prestasi dan semacamnya? Jawabannya tidak ada. Sedih rasanya. Agak nyesek ketika tahu bahwa pemilik kedua stasiun televisi itu adalah politisi dan memiliki kepentingan pribadi didalamnya. Mereka sangat tahu, bahwa saat ini Media Informasi adalah kunci utama untuk melakukan segala hal. Baik untuk meninggikan atau menjatuhkan citra seseorang dan juga untuk mempengaruhi banyak orang.
Rasa pesimis yang saat ini disebarluaskan oleh berbagai tindakan terutama di media informasi merupakan hal yang sangat saya tidak sukai. Kenapa kita harus membuang-buang waktu membandingkan Indonesia dengan negara manapun yang lebih maju. Indonesia has its own way to be powerfull.
Berhentilah berpikir pesimis. Terhadap bapak Presiden. Terhadap Indonesia.
Tahukah bahwa rakyat adalah segalanya. Jangan menyalahkan kondisi Indonesia yang seperni ini sepenuhnya kepada bapak Presiden. Kitalah, sebagai rakyat yang seharusnya sadar akan tugas kita. Sadar bahwa kita belum banyak berperan untuk membangkitkan Indonesia.
“Indonesia tidak bisa seperti dulu karena Bung Karno telah tiada”
“Indonesia salah pemimpin”
“Indonesia tidak punya masa depan”
dan segala macam kalimat pesimis lainnya.
Saya ingin bertanya, jika Bung Karno masih hidup apakah kita bisa sebesar Amerika di usia 66 tahun ini?
Jika tidak ada SBY, atau SBY kita asingkan saja, apakah itu bisa membuat Indonesia bisa melaju ke Piala Dunia?
Apa sih yang dipikirkan oleh orang yang pesimis terhadap bangsa ini? Mencemooh pemimpin, dan tidak berbuat apa-apa. Kalau begitu, kita jadikan saja itu mbak-mbak pembawa berita yang cantik jelita dan keliatan tahu segalanya untuk jadi presiden.
Saya membela presiden kita bukan karena saya fans nya atau gimana. Tidak. Bahkan saya tidak memilih SBY ketika pemilu kemarin. Tetapi mengetahui bahwa beliau dipilih oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, tidak ada jalan lain selain mendukung beliau untuk memajukan Indonesia.
Saya agak kecewa ketika secara tidak sengaja saya mendengar seorang teman berbicara bahwa ia ingin bekerja di luar negeri karena di Indonesia tidak bisa apa-apa. Bahwa di Indonesia terlalu banyak yang harus dilakukan, terlalu banyak korupsi bla...bla...bla... Dan saya agak kecewa ketika mendengar statement Pak B.J Habibie (idola saya) mengatakan (kalau saya tidak salah) bahwa ilmuwan jangan bekerja di Indonesia.
Saya kecewa.
Sebagai orang yang optimis dengan negara ini, saya benar-benar ingin melakukan sesuatu yang berguna untuk banyak orang. Saya tidak pernah ada pikiran untuk bekerja di luar negeri. TIDAK PERNAH! Dan dulu saya juga tidak punya pikiran untuk bisa bersekolah di luar negeri. Saya begitu percaya dengan fasilitas pendidikan di Indonesia. Kalau bukan rakyat nya yang menaruh kepercayaan seperi itu terhadap Indonesia, terus siapa lagi?
Kalaupun nantinya saya bisa bersekolah di luar negeri, saya harus kembali ke Indonesia. Ilmu saya bukan untuk negara lain. Tapi untuk negara saya. Untuk sebagian dari diri saya.
Tapi, semua hal itu harus seimbang bukan?
Saya tidak menyalahkan orang-orang yang ingin bekerja atau bersekolah di luar negeri. Tapi jika alasan utama mereka meninggalkan Indonesia hanya karena rasa pesimis dengan bangsa ini, saya rasa itu lah yang salah. Pergilah keluar negeri untuk melihat dunia dan ketahuilah dimana kelemahan kita. Tapi lakukan sesuatu untuk negeri ini. Saya rasa percuma punya ilmu dan pengalaman yang tinggi dan banyak tapi tidak ada satupun sumbangsih nya untuk negara ini. Menurut saya itu NOL. Coba lihat Pak Habibie, di bekerja dan tinggal di Jerman tapi sesuatu ia tinggal kan untuk Indonesia.
Sudah saatnya kita optimis kawan. Saya mensyukuri bahwa saya adalah mahasiswa. Saya mensyukuri betapa idealisme mahasiswa itu penting. Percayalah, idealisme terbaik adalah di umur kita saat ini. Indonesia pasti sangat bergantung dengan kita saat ini. Ia pasti sangat menggantungkan harapannya dengan generasi mudanya. Ibarat Ayah yang ingin anaknya meneruskan cita-citanya. Harapannya besaaar sekali.
Mungkin untuk seperti Jepang, Amerika dan negara maju lainnya, langkah Indonesia masih jauh. Tapi percayalah ini hanyalah proses. Jepang dan Amerika pasti pernah “menjadi Indonesia” sebelumnya. Dan kita jangan pesimis bahwa kita bisa seperti mereka.
"Sederhananya : Anda hidup di zaman ini karena Anda ditakdirkan untuk berkarya dan membangun Indonesia menjadi lebih baik" Nasional.is.me - Pandji
Comments
Post a Comment