Jambi Actually

Sebelum hijrah ke Semarang, saya berdomisili di Jambi, sebuah provinsi di Pulau Sumatra. Jambi memang belum berkembang dan bukan pula sebuah kota besar. Menyadari itu semua saya jadi maklum kalau banyak orang yang tidak tahu Jambi itu apa dan dimana. Dulu waktu SMA, saya pernah ikut tour ke Jakarta Bandung Yogya. Ketika mampir ke Borobudur, kami bertemu dengan rombongan SMA lain dari Jakarta. Seorang cewek bertanya kepada saya, “Kalian rombongan dari mana?” Terus saya jawab, “Dari Jambi.” “Oh Jambii….” Ujarnya sambil angguk-angguk, terus lanjut ngomong lagi, “eh by the way, Jambi itu Jakarta bagian mana yah?...” Siiinnnggg…. Dalam hati saya ngomong, “Pasti si cewek ini parah banget pelajaran geografinya.”

Jambi memang tidak maju, tapi menurut saya provinsi ini berpotensi untuk menjadi maju. Dilihat dari wilayahnya yang luas, yaitu 53.435 km² dengan jumlah penduduk 2.683.289 jiwa, maka Jambi memiliki kepadatan penduduk sebesar 50,22 jiwa/ km². Selain itu, jambi sebesarnya kaya akan daerah wisata, hanya saja tempat-tempat wisata tersebut minim perawatan, pemeliharaan, pengembangan dan minim publikasi.

Disini, saya akan mengenalkan sedikit situs-situs pariwisata di jambi. Seperti yang saya bilang tadi, wisata Jambi itu minim publikasi. Yang pertama ada Situs Candi Muaro Jambi yang berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi. Dengar-dengar, katanya situs candi ini merupakan kawasan arkeologi terluas di Indonesia bahkan Asia Tenggara ! Nggak ada yang pernah tahu kan? Itulah, Jambi kurang publikasi sih. Kalau dihitung-hitung luasnya mencapai 2002,5 Ha. Di kawasan ini terdapat berbagai macam candi, antara lain candi gumpung, candi tinggi,candi kembar batu, candi gedong, candi kedaton, candi koto mahligai,candi astano, candi sialang, dan candi teluk serta puluhan candi lainnya yang belum dipugar. Cerita dari orang-orang sekitar, sejarahnya batu candi-candi itu tidak direkatkan dengan semen tapi dengan PUTIH TELUR ! Unik ya?

Sebagian besar wilayah Jambi masih hijau, masih penuh dengan hutan. Walaupun sekarang sudah berkurang. Oleh sebab itu, Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris pernah datang ke Jambi tepatnya ke kabupaten Batanghari pada tahun 2008 lalu untuk meninjau kondisi hutan di Jambi, karena hutan tersebut merupakan cadangan oksigen untuk dunia. Dikarenakan hutan masih mendominasi wilayah Jambi, sehingga banyak terdapat Taman Nasional atau Cagar Alam. Setidaknya ada 4 Taman Nasional di Provinsi Jambi yang tersebar di berbagai Kabupaten di Jambi dengan potensi yang berbeda. Jika luas semua taman Nasional itu digabungkan, maka mencapai 669.130 Ha.

Sebenarnya masih banyak situs-situs pariwisata Jambi, terutama wisata alam nya. Sebut saja Air Terjun Telun Berasap, Danau Kerinci, Goa Tiangko, Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatra, serta masih banyak lagi.

Selain pariwisata, Jambi juga kaya akan budaya dan kerajinan tangan. Jangan pernah berfikir kalau hanya Jawa yang memiliki batik. Jambi pun memiliki motif batik sendiri, seperti tampok manggis, duren pecah, angso duo dan lainnya. Beberapa contoh batik Jambi tersimpan rapi dan dipamerkan sebagai koleksi di Honimen Museum and Gardens, Forest Hill, London dan di Trouven Museum di Belanda. Selain batik, ada juga ukiran khas Jambi yang telah terkenal indah di berbagai pelosok Indonesia.

Jambi terkenal juga karena adanya sebuah komunitas kecil penduduk primitive. Penduduk minoritas itu disebut Suku Anak Dalam atau Suku Kubu. Mereka tidak mau menyentuh peradaan modern sama sekali. Jika sudah ‘mencicipi’ modernitas, maka mereka sudah tidak dianggap sebagai Suku Kubu. Hal demikian sama seperti Suku Badui di pedalaman Bandung.

Jika membicarakan suatu daerah, pasti kita juga harus membicarakan kulinernya. Bagi sebagian orang, Jambi memang tidak memiliki makanan khas, karena makanannya mirip dengan makanan khas Palembang ataupun makanan khas Padang. Karena memang wilayah Jambi diapit oleh 2 provinsi itu. Tapi walaupun begitu, ada sebuah makanan yang bisa ditemukan hanya di Jambi, yaitu Rambutan Goreng !

Rambutan Goreng merupakan makanan ‘temuan baru’ di Jambi. Disebabkan oleh panen rambutan yang melimpah, membuat para petani membuat sebuah eksperimen dengan menggoreng rambutan itu. Dan ternyata hal itu berhasil. Sekilas, rasa rambutan goreng mirip dengan kurma karena digoreng tanpa mengeluarkan bijinya. Selain rambutan goreng, ada juga makanan khas Jambi juga, yaitu Gulai Tempoyak. Gulai Tempoyak mirip dengan gulai ikan biasa. Tapi beda pada kuah nya, karena berasal dari hasil fermentasi buah durian dan dicampur dengan berbagai bumbu khas gulai.





Comments

Popular Posts