Mengunjungi Belitung adalah mimpi saya setelah menonton film
Laskar Pelangi yang sampai sekarang masih menjadi film favorit saya. Nggak
berani bikin target karena paham sekali kalau saya ini minim budget buat bisa
pergi kesana. Tapi ternyata, Allah nggak diam aja. Tau-tau dikasih kesempatan
buat ikut perjalanan dinas kantor kesana, ke Belitung. Main dapat, ilmunya juga
dapat. Yihi !!
First Day.
Alasan utama berangkat ke Belitung
itu dikarenakan harus mengikuti Workshop Sanitasi Berbasis Masyarakat Islamic
Development Bank. Sebuah kegiatan dari Dirjen Cipta Karya untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman. Program ini menekankan pada pelibatan masyarakat secara utuh sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana
sanitasi terbangun dalam penyelenggaraannya program ini selain didanai oleh
Pemerintah, juga berasal dari sumber dana pinjaman Islamic Development Bank (IDB).
Begitu.
Tapi saya nggak mau panjang lebar ngomongin workshop-nya tapi
lebih pengen cerita jalan-jalannya. Hehehe.
Jadi, rombongan yang ditugaskan ke Belitung ada 5 orang,
saya, Ibu Sonya, Ibu Lina, Pak Tagor dan Pak Horas. Saya yang paling junior
didalam rombongan. Beruntung para ibu-ibu ini jiwa jalan-jalannya kuat sekali,
begitu sampai di Bandara H.A.S Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, sekitar pukul
14.00 WIB, langsung kepikiran buat nge-list tempat-tempat yang harus didatangi.
Beruntung (lagi) Ibu Lina sudah pernah ke Belitung jadi punya cukup banyak
rekomendasi.
Sekitar pukul 16.00 WIB, setelah beres-beres dihotel kami
berangkat ke tempat tujuan pertama. Kami menyewa satu mobil dengan satu sopir
yang super duper baik dan asik bernama Bang Riko. Dan tempat tujuan pertama
adalah DANAU KAOLIN.
Danau Kaolin merupakan area tambang kaolin yaitu bahan untuk
membuat keramik. Danau itu sebenarnya kubangan hasil pengerukan kaolin yang
diisi oleh air berwarna biru ditambah lagi pasir sekitar yang berwarna putih
sehingga pemandangannya jadi cantik dan cocok untuk foto-foto. Tapi tidak cukup
banyak yang bisa kita lakukan disana selain foto, karena sejatinya area itu
adalah area tambang dan bukan dikhususkan sebagai objek wisata. Jika memang
dijadikan objek wisata, seharusnya ada banyak tambahan fasilitas disana seperti
kursi, papan informasi, dan sebagainya.
 |
|
 |
|

Tujuan kedua adalah Pantai Tanjung Tinggi yang melegenda
karena adegan anak-anak Laskar Pelangi mainnya di pantai itu. Walaupun hujan
semakin deras, tapi semobil tetap optimis nanti sampai dipantai hujannya
berhenti dan masih bisa liat sunset. Dan sesampainya didaerah Pantai Tanjung
Tinggi ternyata masih hujan. Nggak bisa nge-eksplor banyak di spot utamanya
jadinya cuma berhenti di pinggir jalan dan foto-foto. Selama masih ketemu pasir
putih, ya jadilaaah.
 |
Sunsetnya :) |
Second Day
Seharian penuh nggak kemana-mana karena acara workshop itu.
Tapi saya dan Bu Lina harus pindah hotel karena ada sesuatu hal. Maka malamnya,
setelah jadwal kegiatan workshop untuk hari ini selesai, saya dan bu Lina
pindah ke Hotel Golden Tulip. Hotelnya tidak jauh dari BW Suite dan masih bisa
laut. Tapi sebelum pindah hotel, kami sempat foto-foto dibelakang Hotel BW Suite. Kebetulan lagi senja :)
 |
Cantik Yah :)))) |
 |
Kamar hotel kami di Golden Tulip |
Hari sudah malam, tapi sayang kalau waktunya hanya dipakai
buat gegoleran di hotel, akhirnya kami berlima sepakat buat keluar buat
jalan-jalan bareng lagi dengan Bang Riko. Setelah agak bingung menentukan
tujuan, akhirnya kami memilih berkunjung ke Rumah Adat Belitung yang terletak
di pusat kota. Rumah tersebut adalah replika yang sengaja dibuat untuk
melestarikan dan memperkenalkan budaya Belitung kepada wisatawan. Benar saja,
ketika sampai sana ternyata disana sedang ada kunjungan rombongan turis dari
Taiwan. Kata Bang Riko, wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke Belitung
dengan menggunakan jasa travel, diharuskan mengunjungi Rumah Adat Belitung ini
untuk memperkenalkan Budaya Belitung kepada mereka. Turis-turis teresebut
mendapat penjelasan mengenai adat-adat di Belitung dan juga dijamu makan
makanan khas Belitung.
Dengar-dengar Belitung terkenal dengan kedai kopinya, jadilah
malam itu mampir ke Warung Kopi Kong Djie. Kong Djie ini bisa ditemui
dimana-mana di Belitung, tapi yang kita datangi ini adalah yang paling tuanya.
Bapak-Bapak yang emang doyan kopi langsung pesan kopi hitam
aslinya. Saya ikutan tapi pake susu, karena nggak berani minum kopi item, takut
perutnya kembung hehehe. Dan ternyata, enaaak. Walau pait-paitnya tetep nempel
dimulut.
Energi bertambah setelah minum kopi, akhirnya kami
melanjutkan perjalan ke kawasan pinggir Pantai Tanjung Pendam. Kawasan Pantai
Tanjung Pendam memang kawasan objek wisata dalam kota yang menyediakan tempat
makan, café, panggung hiburan, dan sebagainya. Pantainya tidak landai seperti
pantai-pantai berpasir putih. Kondisinya kurang lebih seperti Kawasan Ancol di
Jakarta. Tidak banyak yang bisa dilihat pada malam hari, kecuali jika ingin
berkumpul makan disana. Pemandangan laut mungkin tidak bisa terlalu dinikmati,
tetapi langit diatas Pantai Tanjung Pendam cukup bisa untuk stargazing. Bersih
dan cantik.
THIRD DAY
Hari ini kami makan di rumah makan khas Belitung bernama Ruma
Makan Belitong Timpo Duluk. Rumah makan tersebut menyediakan menu khas Belitung
dan juga penyajian makanannya juga khas Belitung dengan menggunakan nampan yang
ditutup dengan tudung. Namanya Makan Bedulang. Makan Bedulang adalah tradisi
khas Belitung yaitu makan secara bersama-sama. Seharusnya ketika Makan Bedulang
harus menggunakan tangan tidak boleh menggunakan sendok atau garpu, tapi kami
agak kesulitan makannya. Jadi sendok dan garpu tetap digunakan.
Makan di Ruma Makan Timpo Dulu tidak terlalu mahal, masih
tergolong wajar. Tapi jika salah-salah bisa kebelondrok alias kemahalan, sama
seperti kami kemarin hehehe. Tapi ya sudahlah, setidaknya sudah bisa merasakan
bagaimana makanan khas Belitung.
Sesudah makan, kami bergerak ke Belitung Timur tepatnya ke
daerah Manggar untuk melihat replika SD Muhammadiyah tempat Ikal, Lintang dan
Mahar bersekolah di Film Laskar Pelangi. Perjalanan ke Manggar ditempuh sekitar
1 hingga 1,5 jam dari Tanjung Pandan. Sesampainya disana kita bisa melihat
replika sekolah Laskar Pelangi. Tapi sayang hanya replika, property asli yang
digunakan di film sudah langsung dibongkar setelah proses syuting selesai
karena baik pihak produksi film dan pemerintah setempat tidak menyangka Film
Laskar Pelangi akan sukses besar dan membawa after effect yang sangat hebat.
Maka, dibangun kembali lagilah SD Muhammadiyah ditempat yang lebih baik dengan
material yang sama dengan yang digunakan untuk property syuting.


SD Muhammadiyah di Manggar terkenal dengan bangunan kayu yang
terdiri dari 2 kelas dan ditopang dengan dua buah kayu besar seakan-seakan
bangunan tersebut sudah sangat tua sehingga harus disanggah. Setidaknya itu
yang berhasil ditampilkan oleh Mira Lesmana dan Riri Riza ketika
memvisualisasikan SD Muhammadiyah di film, tapi aslinya, sekolah SD
Muhammadiyah yang asli tidak seperti itu. Memang bangunan kayu, tua dan hanya
ada 2 kelas tapi tidak ada dua kayu besar itu.
 |
Ini SD Muhammadiyah yang asli nya |
Tak jauh dari Sekolah Laskar Pelangi ada danau buatan yang
sepertinya sengaja dibangun untuk menambah objek wisata disekitar sekolah.
Disamping sekolah juga ada galeri pelukis kaca dan tempat menjual souvenir.
Ketika kita masuk kedalam kelas, ada beberapa anak-anak sekitar yang ikutan
masuk. Mereka ikutan foto seakan-akan mereka adalah anak-anak Laskar Pelangi.
Tidak pakai sandal dan berbaju lusuh. Awalnya saya piker mereka hanya iseng,
ternyata punya niatan untuk nambah jajan juga karena ketika kami pergi
meninggalkan kelas, mereka kompak berteriak menyindir “bu haus bu… mau beli
minum…”
Oalah ternyata diajarin buat minta duit.
Masih di daerah Belitung Timur, kami mengunjungi Rumah Ahok,
tapi foto didepan aja, karena gerbang pintu rumahnya terbuka untuk siapapun.
Tapi pintu rumahnya tetap ditutup karena masih ada keluarga yang menghuni
disana. Tak jauh dari Rumah Ahok kami berhenti di Museum Kata Andrea Hirata.
Awalnya saya semangat dan penasaran, karena saya suka buku-bukunya Andrea
Hirata. Tapi begitu tahu bahwa museum itu baru direnovasi dan setelah renovasi,
pengunjung yang mau masuk kesana harus membayar tiket masuk Rp 50.000,- tetapi gratis untuk sopir rombongan.
Mahal sih itu menurut saya.
Bukannya pelit, tapi itu kurang masuk diakal hehehe. Museum
negeri yang besar, luas dan berisi peninggalan sejarah kayaknya nggak semahal
itu deh. Mungkin uang segitu digunakan untuk pemeliharaan tempat kali ya, tapi
seharusnya jangan dibebankan semuanya ke
harga tiket masuk. Sebaiknya, didalam dijual souvenir dan ambil manfaat
dari situ. Atau menyediakan jasa foto yang dihargai sekian Rupiah. Kan lumayan,
daripada menaikkan harga tiket masuk. Itu ibarat kesan pertama, malah jadi
bikin males. Dan terbukti bukan rombongan saya saja yang memilih hanya foto
didepan Museum, 2 rombongan dibelakang kami pun sepertinya sepemikiran dengan
kami. Karena mereka juga Cuma intip-intip dan foto-foto didepan saja.
 |
Ini Bang Riko yang Foto |
 |
Ini juga Bang Riko yang foto |
LAST DAY
Hari terakhir di Belitung. Kosong acara workshop dari pagi
karena penutupan acara sudah dilakukan dihari ketiga. Pesawat Nam Air yang akan
membawa kami pulang lewat Jakarta berangkat sekitar pukul 3. Bang Riko bilang
masih sempat jika mau pergi ke pantai. Malah masih sempat buat menyebrang
dengan perahu buat main-main ke Pulau Lengkuas. Sebuah pulau dengan mercusuar
18 lantai.
Wah semangat dong ya.
Kami check out dari hotel pukul 08.00 pagi. Dengan membawa
segala koper, laptop dan ransel kami pergi ke Pantai Tanjung Kelayang untuk
selanjutnya menyebrang ke Pantai Lengkuas. Sampai disana, kami menyewa kapal
motor yang cukup untuk 7 orang. Namun, sebelum menyebrang, kami memesan makanan
disebuah warung makan untuk makan siang nanti. Biar aman dan nggak buang-buang
waktu, jadi pulang-pulang dari Pulau Lengkuas makanan sudah tersedia.
Dan jadilah kita naik kapal motor bertujuh. Dan saya nggak
takut sama sekali. Yeay !
Beda sama kalau lagi naik pesawat, goyang dikit udah takut.
Kalau naik boat nggak, saya malah asik kagum sama pemandangan sekitar. Cantik
banget sumpah. Belitung memang punya harta karun pantai yang cantik bangeet.
Banyak batu- batu besar, airnya hijau jernih, dan cuaca cerah sekali ditambah
arus air yang cukup tenang.
Terima Kasih ya Allah.
Sekitar 10 menit naik boat, dikejauhan terlihat sebuah
gundukan pasir putih. Ternyata itu Pulau Pasir yang muncul ketika air sedang
surut. Dan kita dapat kesempatan itu.
Terima Kasih lagi ya Allah.
Nggak lama-lama di Pulau Pasir kita lanjut lagi ke Pulau
Lengkuas, tapi berhenti sebentar untuk ngasih makan ikan. Abang-abang si juru
kemudi boat, membawa kami ke suatu titik yang ternyata jernih bangeeet. Banyak
ikan kecil warna-warni yang sudah menanti untuk dikasih roti. Kebersihan
sekitar masih cukup terjaga, karena tiap boat ada keranjang sampahnya. Tak jauh
dari kapal kami ada kapal yang membawa rombongan mbak-mbak berhijab buat
diving.
Duh saya pengen. Walaupun Cuma bisa kecipak-kecipak di air,
tapi tetep pengen seandainya hari ini bukan hari terakhir disana.
Boat kami terus melaju ke arah air yang lebih pekat. Sudah
nggak bening-bening lagi. Sekitaran 15 menit dari jauh terlihat mercusuar
putih. Disekitaran Pulau Lengkuas banyak sekali batu-batu besar yang entah
bagaimana kuasa Tuhan membuat batu itu tersusun rapi disana. Bang Riko mengajak
kami menaiki batu-batu itu buat foto-foto. Kenang-kenangan katanya. Kapal lagi.
Mumpung disini.
Iya. Kapan lagi dan Mumpung Disini.
Prinsipnya yang saya pake akhirnya ketika diajakin buat naik
mercusuar 18 lantai setinggi 54 meter. Pegel, pegel deh. Saya entah kapan bisa
kesini lagi.
Sempat ngos-ngosan dan duduk dulu pas sampai atas, tapi
ternyata worth it! Pemandangannya
bagus banget ! lupa sama capek karena udah terlalu kagum. Sekitaran 10 menit
disana buat kagum-kagum. Nggak salah, saya mutusin naik mercusuar ini. Liat
pemandangannya sebentar, turunnya yang lama. Karena tangga besinya licin, jadi ketika
turun harus lebih hati-hati. Salah-salah bisa jatuh.
Setelah puas di Pulau Lengkuas, kami akhirnya pulang ke
Pantai Tanjung Kelayang. Sesampainya di titik awal berangkat, makan siang yang
kami pesan sudah siap. Lapar sekali memang, jadi makannya nikmat sekali.
Alhamdulillah.
Sebelum melaju ke Bandara, kami menyempatkan diri mampir lagi
ke Pantai Tanjung Tinggi. Pantai yang gagal kami kunjungi di hari pertama
sampai. Sama halnya dengan Pantai Tanjung Kelayang dan Pulau Lengkuas, Pantai
Tanjung Tinggi juga penuh dengan batu-batu besar.
Tiga hari kayaknya udah cukup buat mengeksplore Belitung. Belitung aja ya. Pulau Bangka-nya belum. Tapi kalau jadwalnya pure buat jalan-jalan, kayaknya 3 hari udah cukup buat dua pulau itu. Dan saya baru di Belitungnya saja.
Anyway, Pulau Belitung itu seperti punya harta karun berupa kecantikan alam yang luar biasa. Dan kayaknya masyarakat dan pemerintah sana belum tahu gimana memasarkan pariwisata daerahnya. Thank's to Andrea Hirata udah nulis buku Laskar Pelangi dan Miles Film yang udah ngevisualisasi-in buku itu dalam bentuk film dan memperkenalkan Belitung ke masyarakat luas. Kalau nggak itu, Belitung cuma jadi hidden paradise aja. Nggak ketahuan.
Wisata udah oke, didukung dengan kondisi fisik jalan yang boleh dibilang sangat baik, ditambah lagi, masyarakatnya yang ramah, tercermin dari Bang Riko dan teman-temannya Bang Riko. Tapi sayangnya, ada beberapa yang sebaiknya diperbaiki oleh pemerintah setempat supaya daerahnya lebih cantik lagi.
apa itu ?
Sektor Penerangan. Belitung itu kalau malam terlihat suram, karena masih minim penerangan, bahkan dipusat kota. Beberapa gedung bahkan tidak diberikan lampu sehingga menambah kesan suram. Alangkah baiknya, sebuah kota itu dibuat terang supaya masyarakat khususnya wisatawan (karena kan Belitung lagi memajukan sektor pariwisata) mau berkegiatan di luar ruangan walaupun malam-malam.
Yang kedua adalah, sektor transportasi umum. Belitung adalah kota yang terkenal oleh objek wisata. Sektor pariwisata sedang berkembang disana, sehingga otomatis tujuannya adalah menarik sebanyak mungkin orang untuk datang ke Belitung kan ? Sebanyak mungkin orang itu tentu akan melakukan mobilitas kesana dan kemari. Tapi sayangnya, di Belitung susah sekali menemukan angkutan umum. Saya sempat merasakan itu karena kami serombongan menginap di hotel yang berbeda tapi dengan jarak hotel yang tergolong dekat. Karena disana tidak menemukan angkot, apalagi ojek, sehingga akhirnya memilih taksi dengan minimum payment sekitar 30ribuan, padahal tidak sampai 10 menit kami didalam taksi.
Mungkin belum menjadi kebutuhan utama, karena masyarakat disana masih tergolong sedikit, tetapi sudah harus dipikirkan, setidaknya dengan mendayagunakan masyarakat lokal untuk menciptakan lapangan kerja baru di sektor transportasi.
Namun diluar itu semua, Belitung sangat amat keren untuk dikunjungi apalagi bagi para pecinta pantai, tapi nggak cocok buat honeymoon deh menurut saya. karena fasilitas-fasilitas disana belum terlalu lengkap hehehe
 |
kesampaian juga liat sekolah ini |
 |
Salah satu sisi Pantai Lengkuas |
 |
FOTO YANG PALING SAYA SUKA.. PAK TAGOOR GIRANG SEKALI :) Bang Riko yang ambil fotonya |
 |
HELLO PATRICK |
 |
Ketika khusyuk mainan hp |
 |
Ikan-ikan yang dikasih makan roti :) |
 |
Pemandangan dari atas Mercu |
 |
Sampai di Pulau Lengkuas |
 |
Masih diatas mercusuar |
 |
Lorong-lorong di Pantai Tanjung Tinggi |
 |
Pose Mainstream kalau di pantai |
 |
di Pulau Lengkuas |
 |
di Pulau Lengkuas |
 |
Penutupan Workshop PPIU dan DPIU Sanitasi |
 |
Candid by Bang Riko |
 |
Candid lagi by Bang Riko |
 |
Pita kalau candid emang bagusan dari belakang. kalau dari depan muka-nya suka nggak ke-kontrol |
 |
Batu-batu di Pulau Lengkuas kayak sengaja disusun yah |
 |
WEFIE TIME DI MERCUSUAR :) |
 |
Capturing Happiness |
 |
Pantai Lengkuas |
 |
Pantai Tanjung Tinggi |
 |
di Pantai Tanjung Tinggi |
 |
di Pantai Tanjung Tinggi lagi |
Comments
Post a Comment